A. LATAR
BELAKANG
Pendekatan
pengembangan keterampilan didasarkan atas pandangan tentang perilaku
perkembangan anak. Anak-anak usia dini butuh untuk mengembangkan keterampilan
khusus yang akan memungkinkan dirinya mampu untuk melakukan sesuatu secara
efektif di sekolah.
Perkembangan
kemampuan keterampilan dalam membaca, berbahasa, menulis dan berhitung, dan
perilaku yang dibutuhkannya di kelas seperti bekerja secara mandiri, memberikan
perhatian, dan menyelesaikan sesuatu tugas didasarkan dan bertumpu pada
pendekatan ini.
Agar
anak-anak tuntas pada keterampilan-keterampilan dan perilaku-perilaku tersebut,
maka strategi mengajar dirancang atau di desain untuk mengubah kinerja yang
mudah diamati dan terukur. Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak
anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak
anak usia dini.
Pada
awalnya, hanya lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak yang mengalami perkembangan
pesat di Indonesia hingga penghujun 1999. Bahkan, dulu lembaga ini hanya
berkembang di daerah-daerah perkotaaan.Tetapi, sekarang pertumbuhan lembaga
Taman Kanak-kanak telah merambah hingga ke sudut-sudut pedesaan.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana Dasar-Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) ?
2.
Apakah materi dan strategi pembelajaran IPS PAUD ?
3.
Apa Fungsi pembelajaran IPS PAUD ?
4.
Bagaiman penyusunan program RPPH dan RPPM IPS pada AUD ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dilaksanakan atas dasar kebanyakan orang tua merasa tidak mampu memberikan
pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak
merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang
fisik, mental, dan psikososial anak.
Tumbuh kembang ini berjalan
sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama menentukan hari
depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara
dini dengan baik dan tidak terdeteksi secara nyata akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Penyelenggaraan pendidikan pada anak
usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang
berbasis masyarakat (community based
education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di
Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan
pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia
seutuhnya, serta membangun masa depan anak-anak dan masayarakat Indonesia
seluruhnya.
Namun sejauh ini jangkauan
pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun
aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih
terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan
perlakukan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga msikin
jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinya rangsangan intelektual, sosial, dan
moral dari keluarga dan orang tua.
Beberapa tokoh yang mengemukakan
teori tentang pentingnya landasan pendidikan bagi anak usia dini:
a. Wittrock (Clark, 1983) mengemukakan
bahwa ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu
pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel
saraf.
b. John Dewey, Teori Dewey yang
terkenal adalah progresivisme, yang lebih menenkankan pada anak didik dan
minatnya daripada mata pelajaran sendiri. Dia mengatakan bahwa pendidikan
adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.
B.
Materi
dan Strategi IPS
Materi belajar bagi anak usia dini
dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:
1. Materi usia lahir sampai 3 tahun
Pengembangan materi
pembelajaran untuk anak usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
a. Pengenalan diri sendiri
b. Pengenalan perasaan (perkembangan
emosi)
c. Pengenalan tentang orang lain
(perkembangan emosi)
d. Pengenalan berbagai gerak
(perkembangan fisik)
e. Pengembangan komunikasi
(perkembangan bahasa)
f. Keterampilan berpikir (perkembangan
kognitif)
2. Materi anak usia 3 tahun ke atas
a. Keterampilan gerak, diantaranya melompat,
melempar, menangkap, menghindar
b. Melakukan berbagai tugas yang
mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain
c. Menawarkan kesempatan untuk menjalin
hubungan sosial melalui interaksi bebas
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a.
Segala
sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas Negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
b.
Kegiatan
manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c.
Lingkungan
geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang
terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d.
Kehidupan
masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah
lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan
kejadian-kejadian yang besar.
e.
Anak
sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
Strategi
Penyampaian Pembelajaran IPS Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian
besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan:
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan
dunia.
C.
Fungsi
Pembelajaran IPS
Salah satu fungsi pengajaran IPS
adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa
fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Sikap belajar IPS juga bertujuan untuk
mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru
sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai sosial dan sikap Anak
membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsure penting
di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga,
masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap
perkembangan nilai- nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai
edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan.
Dengan pengembangan nilai-nilai
tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia diharapkan memiliki
pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab sosial
yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya, bagi pengembangan kini
dan mendatang. Selanjutnya nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid
Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai berikut:
a. Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan
IPS, yaitu adanya perubahan perilaku social peserta didik ke arah yang lebih
baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Peningkatan kognitif disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya
pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemempuan
mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial.
Oleh karena itu, materi yang dibahas pada pendidikan IPS
ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan
juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari. Dalam proses
peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya
terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan
perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek
kemanusiaan.
Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan,
sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Masalh
sebagai fakta sosial diprases melalui berbagai metode dan pendekatan sampai
betul- betul membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab peserta didik.
b. Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti
apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak
memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu,
pokok bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis
belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari
lingkungan terkecil keluarga, di pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan
seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat usia dan
kegiatan peserta didik sehari-hari.
Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam
mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi
permaslahan kehidupan sehari-hari sampai dengan pengetahuan IPS. Pembelajaran
pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari, dan secara langsung memiliki nilai praktis serta
strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama
untuk masa-masa yang akan datang.
c. Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya
diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak
hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang terlepas- lepas,
melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial
dengan yang lain-lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya
ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan
menggali sendiri di lapangan (sense of discovery).
Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan
demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap
suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang
berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan berteori ini sangat
berguna serta strategis.
d. Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan
sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan
kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui
proses yang demikian, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya
terhadap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di
tengah-tengah alam raya ini.
e. Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan
sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan
pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir
maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya
Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa yang akan datang.
Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan semua selaku guru
IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.
D.
Penyusunan
RPPH dan RPPM
1. Struktur Program Kegiatan Taman
Kanak-Kanak (Kelompok A)
Pengembangan
Indikator Sosial, Emosional dan Kemandirian
Tingkat Pencapaian Perkembangan
|
Capaian Perkembangan
|
Indikator
|
a. Menunjukkan sikap mandiri dalam
memilih kegiatan
|
Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
|
· Mampu memilih kegiatan sendiri
· Mampu bekerja sendiri
· Melaksanankan tugas yang diberi
sampai selesai
|
b.
Mau
berbagi, menolong dan membantu teman
|
Menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
|
· Mau meminjamkan miliknya dengan
senang hati
· Mau berbagi dengan teman
· Bersedia bermain dengan teman
· Dapat atau suka menolong
· Dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas
· Saling membantu sesama teman
|
c.
Menunjukkan
antusiasme dalam melakkan permainan kompetitif secara sportif
|
Menunjukkan antusiasme dalam melakukan permaian kompetitif
secara sportif
|
· Mengikuti lomba dalam permainan
· Bersikap sportif dalam permaianan
|
d.
Mengendalikan
perasaan
|
Menunjukkan antusiasme dalam melakukan permaian kompetitif
secara sportif
|
· Sabar menunggu giliran
· Mengendalikan emosi dengan cara
yang wajar
· Dapat dibujuk
· Tidak cengeng
· Senang bila memperoleh sesuatu
|
e.
Menaati
aturan yang berlaku dalam suatu permainan
|
Menaati aturan yang berlaku dalam
suatu permaian
|
· Menaati aturan dalam permainan
· Berhenti bermain pada waktunya
|
f.
Menunjukkan
rasa percaya diri
|
Menunjukkan rasa percaya diri
|
· Mampu mengerjakan tugas sendiri
· Menunjukkan kebanggaan terhadap
hasil karyanya
· Berani tampil didepan umum
· Berani mempertahankan pendapatnya
|
g.
Menghargai
orang lain
|
Menghargai orang lain
|
· Memuji teman
· Menghargai hasil karya teman/orang
lain
· Menghargai pendapat teman/orang
lain
|
2. Struktur Program Kegiatan Taman
Kanak-Kanak (Kelompok B)
Pengembangan Indikator Sosial, Emosional dan Kemandirian
Tingkat
Pencapaian Perkembangan
|
Capaian
Perkembangan
|
Indikator
|
a. Bersikap kooperatif dengan teman
|
Bersikap kooperatif dengan teman
|
· Dapat melaksanakan tugas kelompok
· Dapat bekerjasama dengan teman
· Mau bermain dengan teman
|
b. Menunjukkan sikap toleran
|
Menunjukkan sikap toleran
|
· Mau meminjamkan miliknya
· Mau berbagi dengan teman
· Saling membantu dengan teman
|
c. Mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, biasa saja dll)
|
Mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, biasa saja dll)
|
· Sabar menunggu giliran
· Mengendalikan emosi dengan cara
yang wajar
· Senang ketika mendapatkan sesuatu
· Antusias ketika melakukan kegiatan
yang diinginkan
|
d. Mengenal tata karma dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
|
Mengenal tata karma dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
|
· Memberi dan membalas salam
· Berbicara sopan
|
e. Memahami aturan
|
Memahami aturan
|
· Datang ke sekolah tepat waktu
· Menaati tata tertib yang ada di
sekolah
· Menaati aturan dikelas
· Mengikuti aturan permainan
|
f. Menunjukkan rasa empati
|
Menunjukkan rasa empati
|
· Menghibur teman yang sedih
· Mendoakan dan menjenguk teman yang
sedang sakit
· Suka menolong
· Mau member dan menerima maaf
|
g. Memiliki sikap gigih (tidak mudah
menyerah)
|
Memiliki sikap gigih (tidak mudah
menyerah)
|
· Melaksanakan tugas sendiri sampai
selesai
· Dapat menerima kritik
· Berani bertanya dan menjawab
pertanyaan
· Bertanggung jawab atas tugasnya
|
h. Bangga terhadap hasil karya
sendiri
|
Bangga terhadap hasil karya
sendiri
|
· Menunjukkan kebanggaan terhadap
hasil karyanya
· Memelihara hasil kaya sendiri
|
i. Menghargai keunggulan orang lain
|
Menghargai keunggulan orang lain
|
· Dapat memuji teman/orang lain
· Menghargai hasil karya teman/orang
lain
· Menghargai pendapat teman/orang
lain
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengembangan Pengetahuan Sosial Anak Usia Dini (PAUD) dan metode
pengembangan pengetahuan sosial anak usia dini. Bahasan kali ini mengenai
pembelajaran tentang diri dan perkembangan individu pada anak usia dini. National Council for The Social Studies
(NCSS) mendefinisikan ilmu sosial sebagai ilmu yang terintegrasi dari ilmu
pengetahuan sosial dan humanistik.
Untuk memajukan kompetensi yang sifatnya kewarganegaraan, ilmu sosial
saling berkoordinasi. Sistematika pembelajarannya menggambarkan berbagai
disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,
filsafat, pengetahuan politik, psikologi, agama, dan sosiologi atau humanistik
(NCSS, 2003).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang
mempelajari tentang manusia, hubungan antarmanusia, serta hubungan dengan
lingkungan sekitar manusia itu sendiri. Dengan mempelajari ilmu sosial, anak
belajar mengenal diri dan lingkungan sosialnya. Selain itu, dengan memahami
diri dan lingkungan sosialnya, anak akan belajar menempatkan diri sesuai dengan
situasi dan kondisi yang mereka hadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Mursid.
2015. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://perarenda-re.blogspot.co.id/2014/09/makalah-ips-paud.html
Asmawati,
Luluk. 2014. perencaan pembelajaran paud.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.